Islam mengajarkan
ummatnya untuk mandiri dan berdikari ( berdiri di atas kaki sendiri). Tidak
hanya mengajarkan untuk beribadah mahdhah, tetapi juga mendorong umatnya untuk
bekerja keras. Dan salah satu kerja keras yang didorong Islam adalah
berwirausaha.
Di dalam Al-qur’an
terdapat 370 ayat yang berkaitan dengan persoalan bisnis dan perdagangan.
Begitupun dengan Hadits, persoalan bisnis dan perdagangan dibahas dalam 14
kitab hadits. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah dan Rasulullah
terhadap bisnis dan perdagangan.
Dewasa ini, masalah
pengangguran masih menjadi menu utama setiap tahunnya. seorang sarjana selalu
berharap mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Jarang yang berpikir untuk
menciptakan lapangan pekerjaan. Padahal, jumlah wirausahawan di Indonesia masih
relatif kecil.
Bicara wirausaha
berarti bicara tentang mental bertarung dan resiko. Banyak orang hanya ingin
mencari aman dengan pendapatan bulanan. Dan takut memulai usaha dengan resiko
kegagalan. Tetapi banyak juga yang berwirausaha hanya mengejar kebahagiaan
dunia saja. Akhirnya, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta
berlimpah. Seperti halnya kaum kapitalis yang hanya memikirkan untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Menurut K.H.
Abdullah Gymnastiar, yang akrab dipanggil Aa Gym, berbisnis bukan sekedar
urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah hanya akan
melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang dijalankan
dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya.
Pendiri Pondok
Pesantren Daarut Tauhid ini, mengatakan bahwa kunci kesuksesan dalam
menjalankan roda bisnis terletak pada pembangunan kredibilitas para
pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama. Yaitu, nilai kejujuran, kecakapan
( profesionalisme ) dan inovatif. Hingga ia dapat mengembangkan 24 bidang usaha
di Pesantrennya dalam 12 tahun.
“Kalau kita mau
sukses, kunci pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang akan
percaya kepada kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga siapapun
yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga, inovatif,
artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak
atau meniru yang sudah ada.” Ungkap Aa Gym.
Dan yang paling
utama, menurut Hendra Khalid, praktisi dan akademisi Ekonomi Islam, Fighting spirit atau mental petarung harus
dimiliki dalam berwirausaha. Agar tidak mudah menyerah dan takut gagal. Jika
seorang wirausahawan memiliki mental petarung, ketika gagal ia akan bangkit
kembali.
Sejak lahir, setiap
manusia sudah diilhami mental petarung. Contohnya, anak kecil yang sedang
belajar berjalan. Walaupun sering terjatuh, tetapi terus berusaha untuk dapat
berjalan. Hingga akhirnya bisa berjalan. “ mental ini yang harus dimiliki
wirausahawan, ketika terjatuh harus cepat bangkit kembali,” tutur Hendra.
Jiwa entreprenuer bukan status sosial yang sudah
jadi dan diturunkan begitu saja. Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati
sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja,
selalu dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak
yang tidak berdaya.
Orang tua,
seharusnya menanamkan jiwa wirausaha kepada anak-anak sejak dini. Yaitu,
mendidik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih anak-anak untuk selalu
bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan.
Orang tua yang
memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan segala keinginannya maka
akibatnya akan kembali juga kepada orang tua.
Bangsa ini memiliki
kekuatan sumber daya alam (laut, hutan, minyak, dan tambang) yang sesungguhnya
melimpah dan membutuhkan tenaga-tenaga terampil untuk dapat mengolahnya secara
efektif dan produktif. Hanya saja, sumber daya manusia yang ada kurang memadai
untuk mengelola kekayaan tersebut, yang akhirnya harus diserahkan pada pihak
asing untuk mengelola dan menikmatinya, sementara masyarakat hanya menjadi
penonton.
Oleh
karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tapi
berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan janganlah menjadi kuli di Negeri
sendiri.